Oleh Sebab, Lahir Akibat

dosenbaper.wordpress.com


Untukmu,                   
 yang sedang menggebu-gebu, oleh sihir yang kita namai. Cinta.

Setelah komunikasi konyol yang kita lakukan malam itu, melalui media sosial. Ada yang berbeda bukan,! dari perasaanmu?  Kau sangat jelas menunjukan perasaanmu terhadapku. Aku pun membaca situasinya. Awalnya aku melakukan penolakan. Kau yang aku lihat kala itu sangat menuntut perlakukan balik serupa dariku. aku tidak siap dan merasa tidak nyaman. 
Begitu ada kesempatan yang tepat, aku mulai memberikan pemahaman tentang kondisiku. “Aku sedang tidak ingin terikat pada hubungan yang hanya terikat oleh kata”  sembari aku berkata.  Kau dengan cepat memahami situasiku. Pun sikapmu kentara. Aku merasa bersalah sekaligus berterimakasih. Bersalah karena tidak bertanggung jawab setelah aku memulai semuanya.
Sulit sekali menjelaskannya setelah itu, aku dan kau layaknya sedang berjalan di atas benang yang sama. Sesaat kau hendak terjatuh tanganmu refleks menemukan tanganku. Kita mengetahuinya apa yang terjadi setelah itu. bersamaan itu,canggungku membabi buta, mukaku merah bak udang di goreng matang. Andai kau tahu waktu itu, detak jantungku mendadak berubah. Sangat cepat. Mataku meneyembunyikan asanya. Belingsatan hatiku. Bertepuk tangan, merasa bahagia sendiri. Dan, mulai aku bingung.
Ini perasaanku terhadapmu,
Andai saja waktu tidak begitu kejam padaku waktu lalu, mungkin keputusanku kala itu tidak akan menjadikanmu korban saat ini. Aku minta maaf dari hati yang terdalam. Aku sangat menyukaimu, aku bahkan tidak memahami oleh sebab apa aku begitu tertarik padamu. Kita telah saling tahu satu sama lain bukan sebulan dua bulan. Namun bertahun tahun lamanya, semua tabiatmu aku paham. Hanya saja, dirasa perasaanku saat ini belummlah pantas.
Sekali lagi aku sangat  menyukaimu, tapi perasaanku ini sangatlah berlawanan dengan komitmen yang telah  lama aku pertahankan. Kali ini aku tidak bisa untuk egois, aku tidak bisa bertindak apa yang hatiku inginkan. Aku ini bukanlah wanita baik-baik, namun aku ingin sekali untuk menjadi diriku yang lebih baik dari yang dulu. Ini sangat berat, namun selagi kesempatan masih terbuka lebar aku ingin terus mencobanya. Kau dan aku adalah orang yang satu agama, agama islam. Aku yakin bukan hanya aku tapi kau telah memantapkan diri pada keyakinan itu, oleh karena itu kita terikat pada aturan yang ada di dalamnya. Kau sendiri paham, alasanya. Selama kau mencoba untuk menjalani hubungan yang kau sendiri menyebutnya pacaran, adakah yang berhasil?. Adakah yang berakhir dengan bahagia?. Tidak ada.  atau mungkin saja belum, tetapi selama ini, selain kesenangan sesaat, apa lagi yang  dapat diperoleh  dalam hubungan itu?. Nihil. Pun, setelah itu hanya sakit yang mendurja menghantui setiap hari kita.
Aku sangat meghargai perasaan siapapun, selama ini aku telah coba menjaga tutur kata dan sikapku agar setidaknya tidak ada yang merasa tersinggung atau pun sakit hati oleh caraku. Termasuk ke dirimu. Aku sangat menghargai apa-apa yang ingin kau berikan padaku. Tapi kurasa, waktu tepat yang orang orang sebut itu, belumlah jatuh ke sisi kita. Kita masih dalam masa proses.   Oleh karena itu, aku ingin meminta diri dari beban perasaan atas hubungan yang tidak bernama ini. Hanya karena kita saling memahami perasaan, kita tidak memiliki sekat untuk saling menjaga sikap.
Aku ingin tetap menghargaimu selayaknya dulu kau menjadi teman yang baik buatku. Ketakutanku kini semakin kurasa, kala dimana aku di butakan oleh perasaanku terhadapmu, lalu menjadi orang yang sangat kurang ajar terhadapmu. Entah itu mungkin akan menjadi luka bagi kita, dan akhirnya kita hanya merasa canggung setelahnya. Tidak ada lagi teman, dan tidak ada lagi kumpul bareng. Dan juga semua usahaku memperbaiki diri akan sia sia pula..

Terimakasih,
Aku tahu kau akan memaklumiku.

Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, dan di waktu kelak. Akan ada kesempatan yang lebih indah dari hari ini untuk sekedar berbagi cerita dan perasaan.




You Might Also Like

0 komentar