Setelah komunikasi konyol
yang kita lakukan malam itu, melalui media sosial. Ada yang berbeda bukan,! dari
perasaanmu? Kau sangat jelas menunjukan perasaanmu terhadapku. Aku
pun membaca situasinya. Awalnya aku melakukan penolakan. Kau yang aku lihat
kala itu sangat menuntut perlakukan balik serupa dariku. aku tidak siap dan
merasa tidak nyaman.
Begitu ada kesempatan yang tepat, aku
mulai memberikan pemahaman tentang kondisiku. “Aku sedang tidak ingin terikat
pada hubungan yang hanya terikat oleh kata” sembari aku berkata.
Kau dengan cepat memahami situasiku. Pun sikapmu kentara. Aku merasa bersalah
sekaligus berterimakasih. Bersalah karena tidak bertanggung jawab setelah aku
memulai semuanya.
Sulit sekali menjelaskannya setelah itu,
aku dan kau layaknya sedang berjalan di atas benang yang sama. Sesaat kau
hendak terjatuh tanganmu refleks menemukan tanganku. Kita mengetahuinya apa
yang terjadi setelah itu. bersamaan itu,canggungku membabi buta, mukaku merah
bak udang di goreng matang. Andai kau tahu waktu itu, detak jantungku mendadak
berubah. Sangat cepat. Mataku meneyembunyikan asanya. Belingsatan hatiku.
Bertepuk tangan, merasa bahagia sendiri. Dan, mulai aku bingung.
Ini perasaanku terhadapmu,
Andai saja waktu tidak begitu kejam
padaku waktu lalu, mungkin keputusanku kala itu tidak akan menjadikanmu korban
saat ini. Aku minta maaf dari hati yang terdalam. Aku sangat menyukaimu, aku bahkan
tidak memahami oleh sebab apa aku begitu tertarik padamu. Kita telah saling
tahu satu sama lain bukan sebulan dua bulan. Namun bertahun tahun lamanya,
semua tabiatmu aku paham. Hanya saja, dirasa perasaanku saat ini belummlah
pantas.
Sekali lagi aku sangat menyukaimu,
tapi perasaanku ini sangatlah berlawanan dengan komitmen yang
telah lama aku pertahankan. Kali ini aku tidak bisa untuk egois, aku
tidak bisa bertindak apa yang hatiku inginkan. Aku ini bukanlah wanita
baik-baik, namun aku ingin sekali untuk menjadi diriku yang lebih baik dari
yang dulu. Ini sangat berat, namun selagi kesempatan masih terbuka lebar aku
ingin terus mencobanya. Kau dan aku adalah orang yang satu agama, agama islam.
Aku yakin bukan hanya aku tapi kau telah memantapkan diri pada keyakinan itu,
oleh karena itu kita terikat pada aturan yang ada di dalamnya. Kau sendiri
paham, alasanya. Selama kau mencoba untuk menjalani hubungan yang kau sendiri
menyebutnya pacaran, adakah yang berhasil?. Adakah yang berakhir dengan
bahagia?. Tidak ada. atau mungkin saja belum, tetapi selama ini, selain
kesenangan sesaat, apa lagi yang dapat diperoleh dalam
hubungan itu?. Nihil. Pun, setelah itu hanya sakit yang mendurja menghantui
setiap hari kita.
Aku sangat meghargai perasaan siapapun,
selama ini aku telah coba menjaga tutur kata dan sikapku agar setidaknya tidak
ada yang merasa tersinggung atau pun sakit hati oleh caraku. Termasuk ke
dirimu. Aku sangat menghargai apa-apa yang ingin kau berikan padaku. Tapi
kurasa, waktu tepat yang orang orang sebut itu, belumlah jatuh ke sisi kita. Kita
masih dalam masa proses. Oleh karena itu, aku ingin meminta diri
dari beban perasaan atas hubungan yang tidak bernama ini. Hanya karena kita
saling memahami perasaan, kita tidak memiliki sekat untuk saling menjaga sikap.
Aku ingin tetap menghargaimu selayaknya
dulu kau menjadi teman yang baik buatku. Ketakutanku kini semakin kurasa, kala
dimana aku di butakan oleh perasaanku terhadapmu, lalu menjadi orang yang
sangat kurang ajar terhadapmu. Entah itu mungkin akan menjadi luka bagi kita,
dan akhirnya kita hanya merasa canggung setelahnya. Tidak ada lagi teman, dan
tidak ada lagi kumpul bareng. Dan juga semua usahaku memperbaiki diri akan sia
sia pula..
Terimakasih,
Aku tahu kau akan memaklumiku.
Semoga kita termasuk orang-orang yang
beruntung, dan di waktu kelak. Akan ada kesempatan yang lebih indah dari hari
ini untuk sekedar berbagi cerita dan perasaan.
0 komentar