Kini aku mengerti,
mengapa perkara mencintai tidaklah semudah lantunan kata dari Mario Teguh tidak
pula sesulit menyusun skripsi dengan refrensi tiga puluh jurnal. Maksudku,
ketika kita membuat sebuah pernyataan telah mencintai seseorang, bukanlah tanpa alasan yang kuat. Keberanianya untuk
mengakui telah mencintai. Kemudian merasa bahagia, hidup bersamanya. Semua itu dampak
dari adanya kecocokan karakter antara insan yang satu dengan yang lain. Jika ada
yang mengatakan bahwa ia tidak bahagia bersama orang telah dicintainya. maka karakter
keduanyalah yang perlu dipertanyakan. Rata rata kebanyakan putus cinta atau berpisah
dengan alasan tidak ada lagi kecocokan antara kedua belah pihak.
***
Suatu hari aku pernah
bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan. Kami hanya bertemu hari itu. Namun,
Adanya kesamaan, baik diriku dengannya, memunculkan pembicaraan yang mengalir. Tak
perlu mengulur waktu dan menghabiskan berminggu minggu untuk saling mengenal
dengan baik. Kami tenggelam dalam perkcapan yang tak berarah. Sampai pada obrolan tentang asrama.
Ia bercerita tentang dirinya yang tak pernah berkencan dengan cowok manapun
sampai ia berusia 20 tahun. Tetapi, pada saat bersamaan ia telah menyukai
seorang teman. Bukan teman dekat, bukan sahabat, bukan pula teman sekolah (SMA).
Ia hanya seorang tetangga.
Cerita
menyukai ini berawal dari, dia menjadi teman
SMP ku. Pada saat ia adalah teman sekelasku, aku melihat ia adalah sosok yang
berbeda dari kebanyakan teman teman cowok lainya. diri ini merasa nyaman melihat
sikap yang ada pada dirinya. Sejak itu, ia menjadi perhatianku. Aku seolah
menjadi penggemar gelapnya. mencari tahu Segala tentangnya. Dari satu teman
keteman yang lain, dengan melihat riwayat teman teman yang pernah dekat
denganya. Semakin melangkah kedalam mengenal sosoknya dari cerita membuat aku
semakin tergila gila olehnya.
Suatu hari, seketika
pulang dari sekolah ia menemukanku berjalan kaki, diwaktu yang sama ia sedang
mengayuh sepeda. Ia berhenti untuk menyapa dan memberi tebengan. Barang kali
aku telah begitu dibuai oleh asrama, aku bahagia bukan main, kurasakan degup
kencang dalam dada ini, kian hatiku membuncah senyumku tak bersebab. Pada hari
berikutnya aku mencari cari cara agar bisa mengulang hari kemarin. Dengan upayaku
aku berhasil, berangkat sekolah bersamanya.
Dari jarak terdekat aku
mencoba menemukan sisi lain dari dirinya. Ia, dia seorang seperti yang ada
dalam harapanku. Untuk beberapa hari kami memiliki hubungan yang dekat sebagai
seorang teman. Namun pada hari berikutnya, aku menemukan fakta lain. Fakta bahwa
ia berkencan dengan wanita lain. Aku mengakui itu sebagai kesalahanku karena ketidakmampuanku
bertindak. Sementara perasaanku membumbung tinggi, aku cukup memahi situasi
kala itu.
Enam tahun bukanlah
waktu yang singkat untuk menjaga sebuah perasaan rasa suka. Hubunganku
dengannya semakin berjarak, aku melanjutkan sekolah ke luar kota. Sementara dia
tetap sekolah di kota tempat tinggalku. Jarak telah menciptakan masalah
baru, hatiku menuntut, ingin lihat dan
ingin dengar tentangnya. tak terbilang rinduku sudah melampaui batas rasa, yang
bisa aku lakukan hanyalah stalking
pada wall facebooknya. Kadang merasa
jengkel melihat isi komentar dengan ceweknya yang terkesan romantis walau sudah
terlampau lama. Kuharap hatiku tabah menerima resiko menjadi stalker.
Hatiku menggila
sendiri, aku tidak lagi kuat menahan diri. Rinduku bagaikan udara yang
berkumpul di dalam balon udara. Semakin banyak udara yang masuk, gelembungnya
kian membesar. Satu satunya cara agar rindu ini tidak terlalu menghantam adalah
mencoba untuk mengirimi message
melalui chat pribadi di facebooknya.
Dengan
segala keberanian rasa dan dukungan
rindu, aku melakukanya…
Aku mulai menghubunginya, ia memberikan respon
yang cepat dan enak dibaca. Sebagai pemula, aku bertanya kabarnya, kuliahnya,
lalu aku masuk pada satu pembahasan yang lebih spesifik mengenai asmaranya,
sambil di belakang pesanya aku selalu melampirkan emoji ketawa. Lalu aku
bertanya, gadis yang sedang dikencaninya. Katanya, ia tengah sendiri. aku harap
itu sebuah peluang yang kebetulan yang disediakan untukku.
Lama kami tenggelam
dalam obrolan jenaka. Ku harap hari itu, bukan hanya aku yang senyum senyum
sendiri membaca setiap balasan percakapan itu. Aku mulai merajuk, dengan
kalimat sindiran tentang perasaan padanya. Kurasa dia terkaget kaget membaca
isi pesan yang kutulis untuknya. Kulihat dari respon baliknya. Hingga sampai
pada puncak kesempatan aku benar benar mengatakan isi hatiku.
Aku
mengatakan perasaanku padanya, “selama enam tahun lebih aku telah menyukaimu” Kata
kata itu keluar begitu saja.
“That is very wonderful heart, keeping it until six years” dia
menulis itu untukku. “setelah ini apa?”
ia menuntut. Aku hanya menjawab kalimat “Hehe” selain kehabisan kata, berharap
itu hanya bersambung, dan pada hari esok kita akan sama sama bertukar jawaban
atas pertanyaan itu.
Tidak ada sepatah kata
jadian, atau kalimat pentunjuk bahwa kami telah resmi sebagai sepasang kekasih.
Kami mulai menjalaninya, membiarkan aliran waktu membawa kami pada situasi yang
konstan. Kami bersikap layak sepasang
kekasih pada umunya saling memberi kabar melalui media sosial, bertukar perhatian,
saling mengingatkan yang perlu dingatkan. Namun, Aku merasa aneh, aku tidak bahagia
dengan yang kujalani. Kita masih saling menghubungi seperti biasa. Tetapi, aku terkontrol
perasaanku dan hanya membalas ala kadarnya. Hari demi hari perasaanku mengendap
pudar. Kurasa ia juga mengetahuinya dari caraku merespon dirinya.
Dirinya yang aku
ketahui didalam cerita, tak seperti nyata yang ada pada dirinya. Selama ini aku
telah jatuh cinta pada karakternya yang semu. Kurasa enam tahun yang lalu, ia
memang memiliki karakter persis dengan cerita yang kudengar tentang dirinya. Namun
percayalah semakin bertambah usia seseorang akan memunculkan perubahan karakter
pada pribadinya. Dan aku tidak sadar hal itu.
Dia yang saat ini
bersamaku bukanlah dia enam tahun yang
lalu. Sayang seribu sayang, perasaanku telah terhempas. Senangpun tidak ketika
menerima massage darinya. Apa lagi
setiap ia harus menghubungi nomor hapeku. Aku risih. kurasakan seperti orang
asing yang sedang menghibur diri. Ia berbicara dan tertawa sendiri dengan apa
yang ia bicarakan.
Sejak saat itu, aku
semakin jarang meladeni komunikasinya, tak perduli dengan rasanya yang jengkel,
marah bahkan mengiba mengaku rindu. hingga ia bosen sendiri, lalu berhenti dan hilang. Sedangkan
perasaanku yang enam tahun lamanya terhempas dalam waktu hanya enam hari.
***
Orang mempercayai cinta
berkuasa diatas segalanya, sehingga cinta tak mengenal batas apapun antara
kedua orang yang saling mencinta. namun ingatlah cinta adalah anugrah dari
tuhan. Cinta bukanlah alat yang bisa
digunakan untuk saling memperbudak dan menjatuhkan. Ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan kala akan mengenal cinta. jangan asal kalau tidak mau terjebak.
Cinta ibarat perjudian.
Setelah memutuskan untuk mengenal cinta sejak itu nasib kita mulai diundi, akan banyak hal yang kita relakan mendapatkanya.
Hanya nasib yang memutuskan pada pihak rugi atau untungkah kita. Untuk itu hati
hati mengenal hati karena berani bermain
hati berarti berani bermain cinta~~