#1 Mr. Y


Sepulangku dari kantor tempatku bekerja, aku melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di ujung jalan dekat Indekosku, ia memandangku seoalah mengenal. Aku menemuinya. langkah kakiku ragu, namun Semakin dekat padanya. Ia mengepalkan kedua tangan di wajahnya, dengan nada bicara terbata-bata aku menyapanya
aa..apa kamu mengenaliku” ku dekatkan posisiku kepadanya.Dia tersenyum tipis. Aku duduk didekatnya. Dan kami bersama selama seperempat jam tanpa percakapan. Kami tidak saling mengenal, tetapi aku pernah melihatnya dirumah yang kutinggali  saat ini merupakan Indekosku, untuk beberapa kali. Akan tetapi, kami tidak pernah melakukan percakapan satu sama lain.
“saya anak baru disini. Karena itu aku bertanya?” kataku sambil mengambil posisi tempat duduk disampingnya.
      Ia tak menggubrisku.  lima belas menit aku menunggu, tapi ia hanya diam. Kami tidak memiliki percakapan untuk dibicarakan, aku beranjak untuk pulang ke Indekosku.
“Namaku yoga” sahutnya spontan
Aku, menoleh ke arahnya sebentar, dan aku melanjutkan langkah kakiku.
“Namamu siapa?” katanya
“Nata” kutolehkan leherku kearahnya, lalu melanjutkan langkah.
***
      Untuk kedua kalinya aku bertemu lagi dengan laki-laki yang mengaku bernama Yoga. Di teras depan Indekosku.
“Hey” sapaku sok akrab
“…” senyum tipis
Tanpa menghiraukan dia,  aku mengenakan sandal swalloku, hendak keluar untuk membeli makan malam.
“Mau kemana?” katanya, membuka percakapan.

***
Bulan sedang membuntuti langkah kami, langit dengan kelap kelip cahaya bintang menjadi penikmat cerita malam ini. Dia mulai mengawali percakapan. Dari obrolan yang ringan, mengundang tawa bahkan hanya sekedar cecikikanpun tak jadi apa. Susunan kalimatnya dalam bercerita kadang kadang membuatku merasa terhibur sendiri, ia terkesan malu dan tersenyum sendiri dengan isi ceritanya. Kami berjalan sampai didepan warung makan. Ia masih melanjutkan ceritanya. Aku sedang  menikmati ceritanya, hingga kutemukan  sisi menarik dari dirinya. Senyumnya, aku menyukainya.  
Malam ini menjadi malam yang panjang, kami menghabiskan waktu untuk saling bercerita, atau mungkin untuk mendengarkan cerita. Ia menceritakan tentang kisah hidup banyak orang, termasuk mantan dan keluarganya.
         Keluarga adalah cerita indah yang terkadang bisa menjadi  aib atau inspirasi ketika diceritakan, lahir dari keluarga yang serba ada dan bahagia, atau malah sebaliknya itu adalah takdir. Tetapi setiap jalan yang telah kita tempuh akan selalu menemukan akhir dan jawaban tentang mengapa. Mimik mukanya berubah ketika ia mulai membuka lembaran tentang cerita keluarganya
 “They, longer wan’t to me, they left me. I exist in this world only to be viewers of drama depressing both the person who makes my existence is implied in this world ”. yang kutahu dari cerita ini adalah kedua orangtuanya telah berpisah. Begitu seharusnya yang ingin ia katakan.
Apa ada sesuatu yang salah, tatapanmu membuatku takut” kataku untuk mencairkan suasana.
     Senyuman manis itu miliknya, dia menatapku tanpa kata kataKonon wajahnya seolah mengatakan“Hatiku sedang kacauDengan menelan ludah, aku memantapkan suaraku. mengajukan satu pertanyaan.
“Orangtuamu bercerai?”
“…….”
Ia tak menjawab apa apa, masih dengan tatapan berisi kepadaku.
 “Karena kamu yang sudah membuka percakapan ini, et least, berkatalah dengan lebih jelas, kamu menatapku seperti ini justru membuatku hanya merasa takut”
“Iya” suaranya datar
Setelah itu, semua suara padam bagai ditelan bumi.
bersambung....
***

You Might Also Like

0 komentar