Sepulangku dari kantor tempatku bekerja, aku melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di ujung jalan dekat Indekosku, ia memandangku seoalah mengenal. Aku menemuinya. langkah kakiku ragu, namun Semakin dekat padanya. Ia mengepalkan kedua tangan di wajahnya, dengan nada bicara terbata-bata aku menyapanya.
“aa..apa kamu mengenaliku” ku
dekatkan posisiku kepadanya.Dia tersenyum tipis. Aku duduk didekatnya. Dan kami bersama selama seperempat jam tanpa percakapan.
Kami tidak saling mengenal, tetapi aku pernah melihatnya dirumah yang
kutinggali saat ini merupakan Indekosku, untuk beberapa kali. Akan
tetapi, kami tidak pernah melakukan percakapan satu sama lain.
“saya anak baru disini.
Karena itu aku bertanya?” kataku sambil mengambil posisi tempat duduk disampingnya.
Ia tak menggubrisku. lima belas menit aku menunggu, tapi ia hanya
diam. Kami tidak memiliki percakapan untuk dibicarakan, aku beranjak untuk
pulang ke Indekosku.
“Namaku yoga” sahutnya
spontan
Aku, menoleh ke arahnya
sebentar, dan aku melanjutkan langkah kakiku.
“Namamu siapa?” katanya
“Nata” kutolehkan leherku
kearahnya, lalu melanjutkan langkah.
***
Untuk kedua kalinya aku bertemu lagi dengan laki-laki yang mengaku
bernama Yoga. Di teras depan Indekosku.
“Hey” sapaku sok akrab
“…” senyum tipis
Tanpa
menghiraukan dia, aku mengenakan sandal swalloku, hendak keluar untuk
membeli makan malam.
“Mau kemana?” katanya,
membuka percakapan.
***
Bulan
sedang membuntuti langkah kami, langit dengan kelap kelip cahaya bintang
menjadi penikmat cerita malam ini. Dia mulai mengawali percakapan. Dari obrolan yang ringan, mengundang tawa bahkan hanya sekedar
cecikikanpun tak jadi apa. Susunan kalimatnya dalam bercerita kadang kadang
membuatku merasa terhibur sendiri, ia terkesan malu dan tersenyum sendiri
dengan isi ceritanya. Kami berjalan sampai didepan warung makan. Ia masih
melanjutkan ceritanya. Aku sedang menikmati ceritanya, hingga
kutemukan sisi menarik dari dirinya. Senyumnya, aku menyukainya.
Malam ini
menjadi malam yang panjang, kami menghabiskan waktu untuk saling bercerita,
atau mungkin untuk mendengarkan cerita. Ia menceritakan tentang kisah hidup
banyak orang, termasuk mantan dan keluarganya.
Keluarga adalah cerita indah yang terkadang bisa
menjadi aib atau inspirasi ketika diceritakan, lahir dari keluarga yang
serba ada dan bahagia, atau malah sebaliknya itu adalah takdir. Tetapi setiap jalan
yang telah kita tempuh akan selalu menemukan akhir dan jawaban tentang mengapa. Mimik
mukanya berubah ketika ia mulai membuka lembaran tentang cerita
keluarganya
“They, longer wan’t to me, they left me. I exist in this world only to be viewers of
drama depressing both the person who makes my existence is implied in this
world ”. yang kutahu dari cerita ini adalah kedua orangtuanya telah
berpisah. Begitu seharusnya yang ingin ia katakan.
“Apa ada sesuatu yang salah, tatapanmu
membuatku takut” kataku untuk mencairkan
suasana.
Senyuman manis itu miliknya, dia menatapku tanpa
kata kata. Konon wajahnya seolah mengatakan, “Hatiku sedang kacau”. Dengan
menelan ludah, aku memantapkan suaraku. mengajukan satu pertanyaan.
“Orangtuamu
bercerai?”
“…….”
Ia tak menjawab apa apa,
masih dengan tatapan berisi kepadaku.
“Karena
kamu yang sudah membuka percakapan ini, et least, berkatalah dengan
lebih jelas, kamu menatapku seperti ini justru membuatku hanya merasa takut”
“Iya”
suaranya datar
Setelah itu, semua suara
padam bagai ditelan bumi.
bersambung....
bersambung....
***
0 komentar