Takdir

  • September 16, 2016
  • By Husriatun Putri
  • 0 Comments


dulu aku ingin membangun sebuah kerajaan terbesar diatas kehidupan fana
disana, aku akan hidup bersama seseorang. yang mana adalah orang yang memiliki makna penting
tidak hanya bagiku tetapi juga masa depanku. ada bencana gempa waktu itu. cukup besar. dan aku tidak berhasil menyelamatkanya. entah kenapa tubuhku terdiam melihatnya ditimpa bangunan besar. aku tak menangis juga tak berkata apapun.. bukan berarti aku tak sayang, tak cinta dan juga bukan berarti aku benci. hanya saja aku ingin. aku berpikir ribuan kali agar menemukan alasan yang tepat. mengapa aku begini?. tapi alasan itu tak muncul jua, dan aku kecewa. aku kecewa karena telah membuat pikiranku tersesat didalam diriku. bertahun-tahun lamanya aku terus memikirkanya. tak kunjung aku menemukan jawaban.

pada suatu hari, seolah takdir telah menuntun kejalan itu. setelah aku diterima bekerja dan pindah lokasi dari tempat tinggalku untuk waktu yang terbilang saingkat. aku mendapat banyak pelajaran disana.
aku bertemu seorang wanita yang baik dan memberikan banyak kenangan, pengajaran, dan pengalaman. dia adalah solusi hidupku yang berputar ditempat selama ini. ia mengajarkan aku bagaimana cara melangkah walalupun dengan setengah hati dan kaki pincang. "jangan berlari" katanya," nanti kamu kecapaean dan akhirnya kamu akan berhenti sebelum kamu sampai tujuanmu. berjalan saja asalkan jangan berhenti. dan berhentilah setelah kamu sampai bukan pada saat kamu merasa lelah"
pada saat bekerja aku selalu berusaha tampil menarik dan rapi, agar satu diantara sekian banyak kariawan yang menyaksikanku sebagai kariawan baru akan mengingatku. boleh sebagai kariawan cantik, juga tidak apa-apa sebagai kariawan konyol. asalkan selama itu akan memberikan kesan baik untuk mereka. pada saat itu aku bertemu beberapa orang lagi, dengan jenis kelamin yang berbeda dariku. setiap mereka adalah datang dengan cerita mereka sendiri. bagiku, aku adalah stasiun transit untuk melanjutkan perjalanan ke rute selanjutnya. bersama mereka. aku berkenalan, berbicara dan memiliki ketertarikan satu sama lain. waktu tersusun dengan sangat rapi. sehingga alur ceritanya mengalir indah.

dan dia yang kutinggalkan adalah bukan hakku. dia tidak menjadi takdirku. kami hanya kebetulan berada dilokasi transit yang sama lalu aku jatuh cinta dan hanya karena aku suka rindu setiap kali tidak melihatnya, lalu dengan mudah aku menyatakan kesimpulan bahwa aku menyanginya, aku mencintainya. namun, saat itu belum aku pelajari lagi dari novelis cinta. bahwa yang disebut cinta itu adalah demikian seperti yang terjadi padaku. karena jika itu cinta ia takan lenyap semudah itu membalikan telapak tangan,  takan pudar oleh jarak yang menghukum waktu, dan takan sirna karena kemilau yang lain. cinta adalah cinta ia harusnya abadi. cinta tidak dapat diukur dengan kata-kata karena ia didalam hati. bahkan hati saja tak pernah kita mengerti sedalam apa itu.

You Might Also Like

0 komentar