permainan waktu pada skenario tuhan yang maha misterius

Sekian waktu gudang itu terkunci, Tahukah kamu? Diantara sekian kenangan yang berserakan didalamnya. Di pojok gudang itu ada hati yang terperangkap.

Ia sedang menunggu. Itu adalah hatiku. Sesekali datanglah untuk menengoknya.
Tidak harus untuk menjemputnya sekarang. Jikalau hatimu belum siap.
Cukup untuk membuatnya menatap Matahari. agar ia tak terlalu lama terpasung dalam kegelapan. bisa jadi gelapnya malam menghapus jejakmu. hingga ia kehilangan arah dan semakin sulit untuk menemukan hatimu.
***
 “Maaf mungkin hanya sampai disini saja perasaanku bertahan. Ini soal rasa, aku tak bisa memaksakanya. Ia sudah tak sanggup berdiri sendiri, sementara kamu menciptakan  banyangan  kembar untuk mencintaiku dan menyakitiku” katamu sigap di depanku.
Hari itu. Sedih, kecewa dan sakit telah dipersatukan oleh waktu. Yang kutangisi adalah waktu yang tak dapat kutarik kembali.
            Semenjak saat itu kurasakan hari berlalu begitu lambat. Hatiku menjadi hampa. Setiap hari kulalui tidak pernah sehari tanpa tetes airmata. Tidak ada yang dapat menghibur hatiku yang demikian sakitnya. Sudah beberapa orang yang keluar masuk rumahku untuk bertamu. Namun, sayang diantara mereka semua tak satupun yang membuat hatiku tergerak. Aku kasihan melihat tingkah mereka bagai badut penghibur, hanya untuk melihat senyum manis itu terukir. Yang kurasakan adalah jiwaku ada disini. Namun pikiranku terus mencari dan bertanya.
Seribu macem pertanyakan kulayangkan pada Tuhan. Kataku, Tuhan? Apa mungkin kau marah padaku? Aku terlalu bahagia memiliki lelaki macam dia, aku terlena oleh kebahagiaanku bersamanya.  Hingga aku lupa betapa pentingnya restuMu. Dan juga aku lupa mengenalkanya padaMu.  Dialah sebaik-baik ciptaanmu yang kau hadirkan dihidupku. Keperibadianya yang kuat nan lembut mampu meluluhkan kerasnya hatiku, memperlakukanku layaknya seorang putri. Hanya saja aku tidak percaya ketika dia mengatakan cintanya telah habis untuku. Apa sebenarnya yang terjadi Tuhan? Mengapa kau mempermainkan perasaanku seperti ini.
Hari terus berlalu, setiap hari waktu menjadi terbuang sia-sia, kian kesedihan itu semakin hangat ditubuhku, aku bersembunyi diantara orang-orang yang mengenalku. Orang-orang disekitar mengkhawatirkanku, Aku pernah  mengalami demam yang sangat tinggi, berhari-hari mengigo terus memangil namamu. Sayangnya, dari sekelumit rasa sakit yang mendera  tak pernah ada niat untuk mengobatinya. Yang   kulakukan  adalah terus menulis, menunagkan kisahku dalam bentuk cerita pendek, puisi dan sajak. Aku berharap satu dari sekian tulisan yang kubuat dapat terbaca olehmu.
1 tahun kemudian....
Mengalirnya sang  peradaban waktu. Telah mengubah banyak hal, baik  cerita, orang-orang yang terlibat di dalamnya. Boleh jadi sejarah keberadaanku telah di hapus oleh dunia. Selama ini aku hanyalah seorang yang bernama  Diora yang tak pernah menghargai waktu. aku sudah terlalu lama untuk mengunci diri dari kediamanku. Seolah hidup sudah tak lagi berarti. Sedangkan waktu tak pernah berhenti. Setiap hari semakin banyak yang kurenungi semakin besar rasa sesalku atas perkataanmu, berakhirnya semua ini adalah salahku. Namun, tidak ada yang perduli dengan kehidupan satu sama lain. mereka bersama namun kadang tak saling melihat satu sama lain.
Begitu Dunia tengah menyapa keberadaanku, satu pertanyaan itu sampai ditelingaku. “Aku pikir seorang Diora telah keluar dari kota ini, kemana aja selama setahun ini?” tanya Uno. Dia adalah satu-satunya tetangga yang perduli terhadap hidupku. Menepuk pundakku dari belakang. Pertanyaan itu kujawab hanya seutas senyum dari mulutku. Tak apa jika semua orang telah melupakanku. Tapi aku percaya hidupku takan berakhir hanya karena dilupakan. Aku tak perlu harus memperkenalkan diri dengan lisanku berkali-kali. Mungkin tidak sekarang, besok lusa, atau 1 bulan kedepan. Suatu saat nanti ada saatnya semua orang mengenalku melalui kehebatanku.
Aku bangga pada Benda langit yang satu ini, tak pernah sibuk memperkenalkan tentang identitas dirinya, namun karena kemampuannya, Dunia dan seantero memujinya. Bentuknya simpel yaitu, bulat. Jumlahnya satu namun lintasan cahayanya mencapai seluruh dunia. MATAHARI. Itulah orang menyebutnya. Aku ingin menjadi Matahari. Walau hanya satu. Cahayanya sampai pada celah terkecil sekalipun. Tak perlu harus perkenalkan diri dua kali. akan ada saatnya seseorang dikenal bukan karena kecantikan ataupun harta yang dimilikinya. Tetapi  karena kehebatanya. Aku ingin menjadi Matahari yang tak pernah punya alasan untuk berhenti bersinar, tak pernah menyalahkan cuaca mendung menutupi sinarnya, tak pernah menyalahkan hujan melenyapkan wujudnya dari pandangan manusia, tak pula menyalahkan datangnya senja yang menenggelamkan, lalu bangkit kembali.
***
Aku sakit bukan karena rasa benciku terhadapamu yang kala itu tengah mengingkar janji cinta kita. Namun, sakitku karena ketidakmampuanku menjaga dan melindungi hubungan yang sudah diambang batas pencapaian harapan ini. dengan tangan kanan aku berjuang membangun hubungan ini agar sampai pada titik terwujudnya mimpi. Tetapi aku telah melupakan hakikat mendirikan sebuah bangunan yaitu pondasi yang kuat. Bangunan tanpa pondasi yang lengkap dan kuat. Takan menciptakan kukuhnya sebuah bangunan. Akan ada salah satu diantara dua sisi yang roboh. Dan tangan kiriku tak mampu menjadi penyangga dari hubungan ini. Aku terlalu egois terhadapmu, tak pernah memikirkan tentang nasib hubungan kita pada saat itu. yang ada difikiranku adalah, bahwa kamu sangat mencintaiku. Cintamu telah salah kumaknakan. Aku tidak sadar kalau kamu sedang menilaiku. Kebodohan dan sikap tidak dewasa telah membuatku merusak dan menghancurkan hubungan ini sementara kamu selalu berusaha untuk mempertahankanya. Hingga pada titik terlemah kamu mulai lelah dan menyerah. Kamu tidak lagi ingin berjuang, kamu seolah tidak lagi membutuhkan aku disisimu, tidak lagi butuh akan cinta dariku, tidak lagi butuh sebuah rasa perduli dariku. Dan benar-benar tak lagi butuh semua tentangku.
            Saat hubungan ini kamu minta untuk selesai, aku mulai sadar, dalam cinta yang kita rengkuh bersama kamu tak sebahagia yang ada dibenakku. Bahkan kamu sangat menderita karena cintamu yang membuatku terus menyiksamu. Penyesalanpun tiba, memang harusnya seperti ini datangnya selalu diakhir cerita. Penyesalan datang dengan berjuta keindahan bayangan masa kemarin. Hanya cerita indah tantang kita yang kuingat. Bahkan aku bertanya tanya, menagapa hanya ini yang aku ingat. Mengapa aku tidak pernah mengingat bahwa aku juga pernah luka karenamu. Tapi dari sekian luka yang timbul karenamu terbasuh oleh cerita indah yang pernah ada.
***
Semua orang mengetahuinya, bahwa menunggu adalah hal yang membosenkan. Namun dibalik rasa sesalku yang kian dalam. Aku takan akan menyerah kepada waktu begitu saja. Aku juga takan pernah membiarkan rumah yang telah kita bangun kosong tanpa penghuni. Biarlah aku tetap menjadi penjaganya. Hingga kamu benar-benar pulih dan langkah kakimu menuju arahku. Rasaku sudah terlanjur mencintaimu dan hatiku inginkan kamu. Aku mencintaimu, dan rasa itu belum selesai. Biarlah aku menerka-nerka sendiri. berakhirnya hubungan ini karena Kita hanya sedang merasa penat satu sama lain. kita hanya perlu suasana baru untuk memulainya kembali. Tuhan sedang menguji perasaanku dengan  mengambilmu dariku.
Kusadari hakikat menunggu adalah menunggu hal  pasti dari ketidakpastian. Yang dibumbui dengan rasa lelah, jenuh, gelisah dan cemas. Namun, rasa ini terlalu menyelimutiku hingga semua rasa menjadi  tak lagi berarti. Apalah arti dari sebuah kata lelah dan bosen. Ini hanyalah persoalan waktu dan skenario Tuhan. Waktu yang terus menggoyahkan teguhnya keinganan untuk menunggu sang raja waktu untuk berpihak kepadaku dan membawamu kehadapanku, dan Tuhan yang maha membolak balikan hati manusia. kadang menaruh rindu dan kadang pula menaruh benci, keduanya perpagut di dalam hatiku untuk mendapatkan posisi terhangat dan lapang. Aku memang tak punya sesuatu yang menarik untuk dapat merengkuhmu secepat Magnet yang menarik lawanya dari kutub berbeda. Tapi aku memiliki do’a yang bisa kurafalkan setiap waktu pada Tuhanku. Tuhan tak pernah tidur, untuk melihat kesungguhanku menunggu kamu yang kini sedang diambil oleh raja waktu. Biarlah do’aku yang bekerja untuk menuntunmu kembali kesisiku. Aku percaya pada Kekuatan do’a dan rasa sabar. Karena keduanya  adalah pertahanan yang paling kuat dan mampu menembus  batas tebalnya tembok sekalipun. Terjadinya perpisahan, kemudian ada penantian dibelakangnya. Perpisahan telah mengajarkan padaku arti menjaga penting dari apa yang kita meiliki dan penantian mengajarkan padaku bahwa rasa sabar itu adalah kunci dari segala tercapainya harapan.

You Might Also Like

0 komentar