permainan waktu pada skenario tuhan yang maha misterius
- Maret 23, 2016
- By Husriatun Putri
- 0 Comments
Sekian
waktu gudang itu terkunci, Tahukah kamu? Diantara sekian kenangan yang
berserakan didalamnya. Di pojok gudang itu ada hati yang terperangkap.
Ia
sedang menunggu. Itu adalah hatiku. Sesekali datanglah untuk menengoknya.
Tidak
harus untuk menjemputnya sekarang. Jikalau hatimu belum siap.
Cukup
untuk membuatnya menatap Matahari. agar ia tak terlalu lama terpasung dalam
kegelapan. bisa jadi gelapnya malam menghapus jejakmu. hingga ia kehilangan
arah dan semakin sulit untuk menemukan hatimu.
***
“Maaf mungkin hanya sampai disini saja
perasaanku bertahan. Ini soal rasa, aku tak bisa memaksakanya. Ia sudah tak
sanggup berdiri sendiri, sementara kamu menciptakan banyangan
kembar untuk mencintaiku dan menyakitiku” katamu sigap di depanku.
Hari
itu. Sedih, kecewa dan sakit telah dipersatukan oleh waktu. Yang kutangisi adalah
waktu yang tak dapat kutarik kembali.
Semenjak saat itu kurasakan hari
berlalu begitu lambat. Hatiku menjadi hampa. Setiap hari kulalui tidak pernah
sehari tanpa tetes airmata. Tidak ada yang dapat menghibur hatiku yang demikian
sakitnya. Sudah beberapa orang yang keluar masuk rumahku untuk bertamu. Namun,
sayang diantara mereka semua tak satupun yang membuat hatiku tergerak. Aku
kasihan melihat tingkah mereka bagai badut penghibur, hanya untuk melihat
senyum manis itu terukir. Yang kurasakan adalah jiwaku ada disini. Namun
pikiranku terus mencari dan bertanya.
Seribu
macem pertanyakan kulayangkan pada Tuhan. Kataku, Tuhan? Apa mungkin kau marah
padaku? Aku terlalu bahagia memiliki lelaki macam dia, aku terlena oleh
kebahagiaanku bersamanya. Hingga aku
lupa betapa pentingnya restuMu. Dan juga aku lupa mengenalkanya padaMu. Dialah sebaik-baik ciptaanmu yang kau hadirkan
dihidupku. Keperibadianya yang kuat nan lembut mampu meluluhkan kerasnya hatiku,
memperlakukanku layaknya seorang putri. Hanya saja aku tidak percaya ketika dia
mengatakan cintanya telah habis untuku. Apa sebenarnya yang terjadi Tuhan?
Mengapa kau mempermainkan perasaanku seperti ini.
Hari
terus berlalu, setiap hari waktu menjadi terbuang sia-sia, kian kesedihan itu
semakin hangat ditubuhku, aku bersembunyi diantara orang-orang yang mengenalku.
Orang-orang disekitar mengkhawatirkanku, Aku pernah mengalami demam yang sangat tinggi, berhari-hari
mengigo terus memangil namamu. Sayangnya, dari sekelumit rasa sakit yang
mendera tak pernah ada niat untuk
mengobatinya. Yang kulakukan adalah terus menulis, menunagkan kisahku
dalam bentuk cerita pendek, puisi dan sajak. Aku berharap satu dari sekian
tulisan yang kubuat dapat terbaca olehmu.
1
tahun kemudian....
Mengalirnya
sang peradaban waktu. Telah mengubah
banyak hal, baik cerita, orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Boleh jadi sejarah keberadaanku telah di hapus oleh
dunia. Selama ini aku hanyalah seorang yang bernama Diora yang tak pernah menghargai waktu. aku
sudah terlalu lama untuk mengunci diri dari kediamanku. Seolah hidup sudah tak
lagi berarti. Sedangkan waktu tak pernah berhenti. Setiap hari semakin banyak
yang kurenungi semakin besar rasa sesalku atas perkataanmu, berakhirnya semua
ini adalah salahku. Namun, tidak ada yang perduli dengan kehidupan satu sama
lain. mereka bersama namun kadang tak saling melihat satu sama lain.
Begitu
Dunia tengah menyapa keberadaanku, satu pertanyaan itu sampai ditelingaku. “Aku
pikir seorang Diora telah keluar dari kota ini, kemana aja selama setahun ini?”
tanya Uno. Dia adalah satu-satunya tetangga yang perduli terhadap hidupku.
Menepuk pundakku dari belakang. Pertanyaan itu kujawab hanya seutas senyum dari
mulutku. Tak apa jika semua orang telah melupakanku. Tapi aku percaya hidupku
takan berakhir hanya karena dilupakan. Aku tak perlu harus memperkenalkan diri
dengan lisanku berkali-kali. Mungkin tidak sekarang, besok lusa, atau 1 bulan
kedepan. Suatu saat nanti ada saatnya semua orang mengenalku melalui
kehebatanku.
Aku
bangga pada Benda langit yang satu ini, tak pernah sibuk memperkenalkan tentang
identitas dirinya, namun karena kemampuannya, Dunia dan seantero memujinya.
Bentuknya simpel yaitu, bulat. Jumlahnya satu namun lintasan cahayanya mencapai
seluruh dunia. MATAHARI. Itulah orang menyebutnya. Aku ingin menjadi Matahari.
Walau hanya satu. Cahayanya sampai pada celah terkecil sekalipun. Tak perlu
harus perkenalkan diri dua kali. akan ada saatnya seseorang dikenal bukan karena
kecantikan ataupun harta yang dimilikinya. Tetapi karena kehebatanya. Aku ingin menjadi Matahari
yang tak pernah punya alasan untuk berhenti bersinar, tak pernah menyalahkan cuaca
mendung menutupi sinarnya, tak pernah menyalahkan hujan melenyapkan wujudnya
dari pandangan manusia, tak pula menyalahkan datangnya senja yang
menenggelamkan, lalu bangkit kembali.
***
Aku
sakit bukan karena rasa benciku terhadapamu yang kala itu tengah mengingkar janji
cinta kita. Namun, sakitku karena ketidakmampuanku menjaga dan melindungi
hubungan yang sudah diambang batas pencapaian harapan ini. dengan tangan kanan
aku berjuang membangun hubungan ini agar sampai pada titik terwujudnya mimpi.
Tetapi aku telah melupakan hakikat mendirikan sebuah bangunan yaitu pondasi
yang kuat. Bangunan tanpa pondasi yang lengkap dan kuat. Takan menciptakan
kukuhnya sebuah bangunan. Akan ada salah satu diantara dua sisi yang roboh. Dan
tangan kiriku tak mampu menjadi penyangga dari hubungan ini. Aku terlalu egois
terhadapmu, tak pernah memikirkan tentang nasib hubungan kita pada saat itu.
yang ada difikiranku adalah, bahwa kamu sangat mencintaiku. Cintamu telah salah
kumaknakan. Aku tidak sadar kalau kamu sedang menilaiku. Kebodohan dan sikap
tidak dewasa telah membuatku merusak dan menghancurkan hubungan ini sementara
kamu selalu berusaha untuk mempertahankanya. Hingga pada titik terlemah kamu
mulai lelah dan menyerah. Kamu tidak lagi ingin berjuang, kamu seolah tidak
lagi membutuhkan aku disisimu, tidak lagi butuh akan cinta dariku, tidak lagi
butuh sebuah rasa perduli dariku. Dan benar-benar tak lagi butuh semua
tentangku.
Saat hubungan ini kamu minta untuk
selesai, aku mulai sadar, dalam cinta yang kita rengkuh bersama kamu tak
sebahagia yang ada dibenakku. Bahkan kamu sangat menderita karena cintamu yang
membuatku terus menyiksamu. Penyesalanpun tiba, memang harusnya seperti ini datangnya
selalu diakhir cerita. Penyesalan datang dengan berjuta keindahan bayangan masa
kemarin. Hanya cerita indah tantang kita yang kuingat. Bahkan aku bertanya
tanya, menagapa hanya ini yang aku ingat. Mengapa aku tidak pernah mengingat
bahwa aku juga pernah luka karenamu. Tapi dari sekian luka yang timbul karenamu
terbasuh oleh cerita indah yang pernah ada.
***
Semua
orang mengetahuinya, bahwa menunggu adalah hal yang membosenkan. Namun dibalik
rasa sesalku yang kian dalam. Aku takan akan menyerah kepada waktu begitu saja.
Aku juga takan pernah membiarkan rumah yang telah kita bangun kosong tanpa
penghuni. Biarlah aku tetap menjadi penjaganya. Hingga kamu benar-benar pulih
dan langkah kakimu menuju arahku. Rasaku sudah terlanjur mencintaimu dan hatiku
inginkan kamu. Aku mencintaimu, dan rasa itu belum selesai. Biarlah aku
menerka-nerka sendiri. berakhirnya hubungan ini karena Kita hanya sedang merasa
penat satu sama lain. kita hanya perlu suasana baru untuk memulainya kembali. Tuhan
sedang menguji perasaanku dengan mengambilmu dariku.
Kusadari
hakikat menunggu adalah menunggu hal pasti dari ketidakpastian. Yang dibumbui
dengan rasa lelah, jenuh, gelisah dan cemas. Namun, rasa ini terlalu
menyelimutiku hingga semua rasa menjadi tak lagi berarti. Apalah arti dari sebuah kata
lelah dan bosen. Ini hanyalah persoalan waktu dan skenario Tuhan. Waktu yang
terus menggoyahkan teguhnya keinganan untuk menunggu sang raja waktu untuk
berpihak kepadaku dan membawamu kehadapanku, dan Tuhan yang maha membolak
balikan hati manusia. kadang menaruh rindu dan kadang pula menaruh benci,
keduanya perpagut di dalam hatiku untuk mendapatkan posisi terhangat dan
lapang. Aku memang tak punya sesuatu yang menarik untuk dapat merengkuhmu
secepat Magnet yang menarik lawanya dari kutub berbeda. Tapi aku memiliki do’a
yang bisa kurafalkan setiap waktu pada Tuhanku. Tuhan tak pernah tidur, untuk
melihat kesungguhanku menunggu kamu yang kini sedang diambil oleh raja waktu. Biarlah
do’aku yang bekerja untuk menuntunmu kembali kesisiku. Aku percaya pada Kekuatan
do’a dan rasa sabar. Karena keduanya adalah pertahanan yang paling kuat dan mampu
menembus batas tebalnya tembok
sekalipun. Terjadinya perpisahan, kemudian ada penantian dibelakangnya.
Perpisahan telah mengajarkan padaku arti menjaga penting dari apa yang kita
meiliki dan penantian mengajarkan padaku bahwa rasa sabar itu adalah kunci dari
segala tercapainya harapan.
0 komentar