Rumah tua itu

Dibalik hujan yang sedang mengalir deras. Dan rumah tua yang beratap pohon kering, duduk seorang wanita.
Iya sedang menyisir rambutnya.
sambil lalu, ia menatap kepada hujan.
Berharap hujan akan segera reda. agar sang kekasih dapat pulang tanpa harus basah kuyub.
Tapi kini, hujan telah reda. Sang kekasih tak kunjung terlihat batang hidungnya.
Ia tampak mulai resah dan gelisah.
Ia mondar mandir tak jelas di Teras rumahnya. Sambil memperhatikan orang yang lalu lalang. Berharap diantara sekian orang yang lewat ada bayangan kekasihnya yang muncul.
Beberapa saat kepanikannya mulai redam, ia berusaha untuk lebih tenang dan bersabar. ia terus menanamkan oikiran positif tentang sang kekasih yang tak kunjung membawa kabar.
Hari hari berlalu dengan tenang, demikian sang gadis melakoni hidupnya dengan biasa saja. Namun setiap hari menjelang senja ia selalu duduk didepan teras rumahnya untuk menunggu kepulangan sang kekasih. Sambil menyisir rambutnya dan berdandan ayu. Berharap ketika sang kekasih pulang ia akan bertemu dengan dandanan ayunya.
***
Sudah separuh waktu berlalu, sang kekasih tak kunjung pulang. Hendak bertanya tapi kepada siapa? Ia menangis dalam waktu yang panjang. "Mengapa?" Kata itu terus keluar dari mulutnya berkali-kali. Tak pernah ia lupa disetiap sujud dan do'a ia meminta kepada tuhan agar segera mengembalikan sang kekasih dalam keadaan utuh. Namun tuhan belum juga mendengarkan do'a-do'anya. Hingga ia mulai dengan perenungan panjang. Mencari-cari sebab. Mengapa sang kekasih meninggalakanya seperti ini?. Dari sebuah perenungan ia belajar arti dari kata sabar, dari sebuah perenungan ia belajar arti dari kata tabah, dari kata sabar ia belajar untuk menjadi orang yang kuat. Namun ada satu hal yang tidak bisa pelajari dari kata sabar. Yaitu mengikhlaskan apa yang sudah bukan menjadi miliknya. Ia menangis dan berkata "mengapa sangat sulit untuk melakukan hal yang satu ini?". dadanya sesak. dan ia terisak dalam tangisan. Lalu ia berdoa kembali kepada tuhan. "Andaikata, pertemuan yg kau kehendaki waktu itu hanya untuk menanamkan sebuah luka. lebih baik pertemuan itu tak pernah ada. Aku hanya rindu akan pertemuan" :'( sembari ia menangis dan bersujud.

You Might Also Like

0 komentar