Walau seaatap Namun tak sehati



Apa boleh buat, semua sudah menjadi takdirku....
Karena hanya ada dua pilihan, menerima atau keluar aku memilih menerima, sejak awal tinggal aku sudah merasa tidak nyaman terbiasa hidup dengan kondisi sunyi. justru disini  aku menemukan kondisi seperti orang china yang sedang berjualan
Lana adalah nama teman sekamarku pada awal tinggal disini kami sudah miss komunikasi, bisa dibilang antara yang satu  sama lain bagai sinyal kartu XL yang super parah,  dengan yang lain tak nyambung justru kami lebih memilih diam dari pada berbincang. Tinggal satu atap dengan orang yang baruku kenal itu adalah hal yang sulit bagiku, jadi tidak heran kalau satu sama lain tidak betah dikamar sendiri karena terkadang rasa canggung itu selalu menggelitik satu sama lain. Rihana orang memanggilku ini adlah pengalaman pertama bagiku pisah dengan orang tuaku pengalaman terbesar dalam hidupku setelah banyak pengalaman yang aku lalaui.

Tinggal diasrama bukanlah keingananku sendiri, melainkan  keinginan orang tuaku. Walau sebenarnya Pacarku juga kurang setuju kalau aku tinggal diasrama. Karena diasrama memilki progam tersendiri dan itu cukup menyita waktuku

2 bulan pertama tinggal diasrama aku sudah benar-benar muak dan pengen keluar kalau bukan karena orang tua aku mungkin sudah keluar dari asrama ini. Bukan hanya lingkunganya tapi orang-orangnya tak bersahabat sekali mereka hanya melihat dan bermain dengan yang sederajat dengan mereka, baik itu dari segi materi atau face. Sayangnya aku adalah orang dengan standar sekali, jadi mungkin bukan termasuk dari katagori mereka.
Banyak sekali pengalaman yang kulalui disini mulai dari pengalaman yang paling menyenangkan sampai yang menjijikan. Namun aku selalu menikmatinya karena hal yang selalu ingin aku lakukan adalah dimana aku memiliki banyak pengalaman dalam segala hal.

Disinilah untuk pertama kalinya aku tahu bagaimana rasanya terdiskriminasi oleh orang-orang yang disekelingku. Sejak SD sampai SMP dan SMA aku tidak pernah memulai sebuah pertemanan istilahnya pendekatan terhadap teman-temanku. Mereka yang datang kepadaku mereka yang memulainya denganku sehingga aku tak pernah mencari teman, temanlah yang mencariku.  Jadi bagaimana aku harus memulai pertemanan dengan mereka kalau aku tidak tahu bagaimana caranya melakukan pendekatan terhadap mereka, untuk bebrapa bulan ini aku masih makan sendiri dikamarku semua kulakukan sendiri tanpa bantuan seorang teman. Pada awalnya aku ragu dengan kemampuanku namun  aku tak pernah menyerah karena tak ada orang yang kupercaya disini.

Semakin hari lana teman sekamarku bersikap semau-maunya seakan dialah investor terbesar dikamar ini. Kamar dengan luas 5x4 ini menjadi terasa semakin sempit setelah semakin hari lana menambahakan jumlah busanya yang berbagai model, belum lagi dengan fasilitas yang ada didalamnya lemari yang burukaran standar, springbed, kipas angin dan dilengkapi dengan 2 ruang kamar mandi kamar mandi shower dan biasa. tidak hanya itu dalam hal kebersihan kamar mandi, seakan dia tidak pernah memakai kamar mandi saja tingkahnya sekalipun kamar mandi itu akan membeludak dengan kotoran kalau aku tidak turun tangan tak akan ada istilah kata bersih.

Aku, mulai dibuat risih olehnya, mencoba bersabar dan bersikap acuh dengan segala sikapnya dikamar ini. Aku tak pernah menghiraukan segala sikap agar aku tidak measa tersakiti, semua hal kuanggap hanyalah “karena kita memiliki hak yang sama jadi silahkan kamu dan aku berbuat senyaman hatimu”

Masuk pada bulan ketiga ada sosialisasi keamanan dari asrama mengenai tata krama dan kedisiplinan, apakah kata yang cocok ketika orang kaget apakah astagfirullah, innalillah, atau bersyukur bab peraturan sejumlah 3 bab itu berisi tentang aturan berbusa, bersikap, dan peraturan asrama

aturan berbusana syar’i dimana busana yang harus kami  gunakan adlah tidak transfaran, membentuk, dan tidak ngpres,,, sedangkan aku bukanlah dari lulusan pesantren melainkan SMA Umum, dan selama itu aku tak pernah diatur tentang segala cara berpakean dan bersikap, ibukan menegur ketika aku salah, mengingatkan ketika lupa, dan menasehati ketika aku khilaf. Ibuku tak pernah membuat peraturan yang otoriter, dan ini mrupakan suatu hal baru bagiku dimana aku membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

hal baru yang tidak pernah dilakukan seseorang tanpa melalui proses yang panjang itu adlah sesuatu yang tidak mudah terjadi secara sempurna, namun pada saat itu pihak asrama tidak memandang seperti itu, aku melihat seolah sikap otoriter yang ditanamkan pada kami semua dengan catetan “ketika kita sudah berada dalam lingkungan asrama ini, maka wajib bagi kalian semua untuk tunduk dan patuh terhadap aturan asrama, jika tidak sanggup pintu asrama terbuka lebar untuk kalian” kata pengasuhku pasang muka judes

Aku merasa kesal karena diantara peraturan itu ada bebeapa peraturan yang tak kusetujui, namun ibu pengasuhku mengatakan “jika kalian melakukan transmigrasi atau emigasi maka kalianlah yang harus menyesuakan dengan kondisi tempat itu, tak mungkin sebuah negara akan merubah kebijakanya hanya karena ada penduduk asing yang baru menetap dinegara tersebut”

Apa hanya aku yang merasakan ketidak nyamanan dengan teman sekamrku? mengingat dari setiap caranya dikamar ini adlah kebiasaan dia, tak perduli apakah orang mearsa terganggu dengan sikapnya itu namun aku tetap saja diam. Meski kami berbagi fasilitas tapi aku tetap merasakan ketidak nyamanan bersamanya.
1 deretan kamar itu terdiri dari 4 kamar dan secara bergandengan, tepat didepan kamarku kamarnya Irta, kam1 satu jurusan namun beda fakultas kadang-kadang kami bertukar pendapat tentang ini itu, baik daripelajaran maupun keseharian. Sampai pada suatu hari irtifa keceplosan tentang teman sekamarnya.
        
Irta adalah orang yang memiliki nasib sama denganku posisi kamarnya tepat berada didepan kamarku. Bahkan dia memiliki teman sekamar yang lebih parah dariku, semua fasilitas dipakai tanpa persetujuan irta. Kadang-kadang saat kami sedang berdua kami saling menceritakan apa yang kami alami satu sama lain. Irta adalah teman terbaik yang kupunya diasrama kami sering berbagi makanan dan cerita dan dia adlah teman satu-satunya yang bisa membuatku nyaman dan bisa tersenyum dengan lega aku nyaman bercerita tentang apa aja denganya meskipun kadang-kadang solusi yang dia berkikan terhadap maslah-maslahku tak nyambung.

Pengalaman tinggal diasrama ini adalah pengalaman yang baru sekali dalam hidupku, memiliki teman sekamar tapi kami tak pernah akur tak pernah bersama tapi kami tinggal dalam satu teduhan dimana kami mnenikmati hidup dengan penuh kepura-puraan dan palsu. Aku fine akan bersikap bagaimana aku sebenarnya tapi dia? Kuarsa orang yang dengan gensi yang tingkat tinggi. Lewat sebuah goresan kau mengatakan semua hal yang ku arasakan semua hal yang ku dapatkan saat bersamanya aku tak bia menegurnya tak bisa mengatakan apa yang ingin kutakan terhadapnya karena aku takut dia akan tesinggung dengan perkataanku.

Hingga 1 tahun berlalu kami keluar dari asrama kami masih saja tak saling akrab karena kami hingga sampai saat ini kesalah pahaman itu belum terpecahkan mungkin tidak sekarang suatu saat nanti saat aku bertemu kembali kamu bisa memperbaiki semuanya.

You Might Also Like

0 komentar